Rabu, 24 Desember 2014

NATAL DIHATIKU


Seperti palungan
Layakkanlah hatiku menyambutMu Tuhan
Seperti emas, kemenyan dan mur
Biar hidupku berkenan padaMu


Sebab natal tak akan berarti
Tanpa kasihMU lahir di hatiku
Hanya bersamaMU Yesus
Kurasakan selalu indahnya natal di hatiku

Bersama paduan suara surga ku bernyanyi
Kemuliaan di tempat maha tinggi
Dan damai sejahtera di antara manusia
Yang hidupnya berkenan kepadaMU.

Rabu, 19 November 2014

Pengertian Etnomusikologi Menurut Para Ahli

Istilah etnomusikologi berasal dari etnomusicology (Bahasa Inggris). Etnomusikologi di bentuk dari tiga kata, yaitu: etnos, mausike, dan logos (bahasa Yunani): Etnos berarti hidup bersama, yang kemudian berkembang menjadi bangsa atau etnis; Mausike artinya musik, sedangkan Logos artinya bahasa atau ilmu. Tiga kata tersebut digabungkan menjadi etnomusikologi (dalam bahasa Indonesia) ilmu musik bangsa-bangsa.
Dalam bahasa Eropa, pada umumnya etnomusikologi disinonimkan dengan bahasa Jerman Musikhetnologie, bahasa Polandia Ethnografia Muszyezna, bahasa Rusia (Juga Bulgaria dan Ukrania) ethnografiya muzikal ’naya, dan musikal ’naya fol ’kloristika. Kata etnomusikologi kemudian diadopsi oleh pakar ahli di Cekoslowakia, Perancis, Itali, Belanda, Rumania, dan negeri-negeri yang lain.

Apabila diperhatikan mengenai tujuan utama musikologi dan antropologi, maka terlihat adanya perbedaan yang menyolok. Bagi musikolog obyek studinya adalah musik, sedangkan antropolog, apabila meneliti musik, yang diteliti adalah tata tingkah laku manusia dan studi tentang musik sebagai aspek budaya.
Sebagai dasar pemikiran para ahli dalam merumuskan definisi etnomusikologi. Definisi tersebut antara lain:

Jaap Kunst:
Etnomusikologi adalah studi musik tradisional dan instrumen musik dari seluruh lapisan kebudayaan umat manusia, dari mulai orang-orang primitif hingga bangsa-bangsa beradab.

Bruno Nettl:
Etnomusikologi adalah ilmu yang mepelajari musik dan berbagai aspeknya dalam ebudayaan manusia, biasanya di luar peradaban barat.

Willi Apel:
Etnomusikologi adalah studi musik eksotik yang terdiri dari kebudayaan musikal di luar tradisi bangsa Eropa.

William P. Malm:
Etnomusikologi adalah studi ilmiah musik yang terdapat di dalam kebudayaan-kebudayaan dunia atau subkulturnya, baik yang berkaitan dengan suara yang aktual dan praktik pertunjukan maupun dalam hubungannya dengan kebudayaan secara lebih spesifik, atau membandingkannya dengan kebudayaan-kebudayaan musik lainnya.

Frank Gillis:
Etnomusikologi adalah studi musik-musik dunia yang diwariskan secara lisan (oral).

George List:
Etnomusikologi adalah studi musik tradisional, yaitu musik yang diajarkan secara lisan, tidak melalui tulisan yang selalu mengalami perubahan.

Alan P. Merriam:
Etnomusikologi adalah ilmu yang mempelajari musik di dalam kebudayaan.

Mantle Hood:
Etnomusikologi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai obyek penyelidikan seni musik sebagai gejala-gejala fisik, psikologi, estetik, dan budaya.

Charles Seeger:
Etnomusikologi adalah studi tentnag musik-musik non-Eropa.

John Blacking:
Etnomusikologi adalah istilah baru yang sering digunakan untuk menyebut studi tentang berbagai sistem musik di dunia.

Elizabeth Helser:
Etnomusikologi adalah ilmu pengetahuan hermenetis tentnag tingkah lakuu musikal manusia.

Curt Sachs:
Etnomusikologi adalah cabang dari sejarah musik tentang musik-musik primitif dan musik oriental.

Kamis, 13 November 2014

Karakter seseorang berdasarkan aliran musiknya.

Hampir semua orang senang mendengarkan musik.
Musik adalah bahasa universal yang mampu dipahami oleh semua orang.
Tidak peduli apa bahasa yang digunakan dalam sebuah lagu. Buktinya,
Gangnam Style bisa menjadi sangat mendunia. Memang, adanya gerakan unik
dalam video klip lagu tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar.
Atau contoh lainnya, musik pop Korea atau K-Pop sekarang sedang mewabah
di Indonesia. Padahal, apakah kamu tahu arti dari lirik lagunya?
Sebagian besar tidak.
Apa sih sebenarnya tujuan orang mendengarkan musik? Ada yang
mendengarkan musik untuk hiburan, tapi ada juga yang menjadikan musik
sebagai inspirasi. Ada orang yang ketika sedang merasa sedih atau galau,
mereka mendengarkan musik-musik romantis, lagu-lagu slow yang bertema
patah hati. Namun ada juga yang gara-gara mendengarkan musik-musik
seperti itu, hatinya jadi merasa sedih, padahal sebelumnya tidak. Inilah
kuatnya pengaruh musik dalam kehidupan.
Kepribadian berdasarkan Selera Musik
Karena diciptakan oleh berbagai orang dengan berbagai macam karakter,
maka jenis musikpun berbeda-beda. Mulai dari musik tradisional sampai
musik yang membutuhkan teknologi tinggi. Peminat jenis-jenis musik
itupun berasal dari kalangan yang berlainan. Inilah sebabnya, pilihan
musik favorit dianggap dapat menjadi gambaran mengenai kepribadian
seseorang.
Pilihan jenis musik tertentu juga mempengaruhi perlakuan kepada mereka
yang menggemarinya. Misalnya saja, panitia konser musik rock akan
membuat desain panggung dan pengamanan yang berbeda dibandingkan dengan
jika mengadakan konser musik klasik. Hal ini karena penikmat beragam
jenis musik memiliki karakternya masing-masing.
So, apa musik favorit kamu? Dan bagaimana kepribadianmu dilihat dari
musik favoritmu?

* *Pop*
Musik pop adalah musik dengan jumlah penggemar terbanyak. Hal ini
karena musik pop mudah diterima oleh hampir semua kalangan. Musik
pop juga lebih sering diputar di siaran radio-radio, sehingga
memungkinkan lebih banyak orang yang mendengarkannya, dan akhirnya
menggemarinya. Jika kamu adalah penggemar musik pop sejati, maka
biasanya kamu adalah orang yang terbuka, jujur dan cenderung
konvensional. Para penikmat musik pop juga suka bekerja keras dan
punya harga diri yang tinggi. Para peneliti menemukan bahwa mereka
pada umumnya kurang kreatif dan nyaman dengan keadaannya sekarang.

* *Rock/Heavy Metal*
Walaupun jika dilihat dari luar, para musisi rock itu terlihat
urakan, namun sebagian besar dari antara mereka justru
berkepribadian lembut dan menyayangi keluarganya. Tidak jauh berbeda
dengan penggemar musiknya. Meskipun terlihat garang, namun
sebetulnya kamu kurang rasa percaya diri, sehingga meskipun selalu
ingin berkreasi, tapi lebih banyak menutup diri.

* *Jazz*
Termasuk dalam golongan ini adalah juga para penyuka musik blues
atau soul music.
Kalau kamu adalah penikmat jenis-jenis musik tersebut, maka kamu
adalah orang yang terbuka dan punya harga diri yang cukup tinggi.
Orang-orang penyuka jazz juga adalah orang-orang yang kreatif,
cerdas dan cenderung tenang.
* *Rap dan Hip Hop*
Para musisi rap atau hip hip biasanya adalah masyarakat keturunan
Afro-America. Mereka pada umumnya menjalani masa kecil dengan keras,
di daerah-daerah yang berbahaya. Penampilan mereka juga cenderung
bling-bling, sehingga lebih menarik perhatian. Walau demikian, para
peneliti menemukan bahwa jika kamu adalah penggemar musik rap atau
hip hop, bukan berarti kamu adalah orang yang suka dengan kekerasan.
Kamu justru adalah pribadi yang ramah dan memiliki harga diri yang
tinggi.
* *Klasik*
Walaupun cenderung tertutup, kamu adalah orang yang tenang, baik
saat menghadapi gejolak yang ada dalam dirimu sendiri maupun yang
berhubungan dengan keadaan sekitarmu. Kamu adalah pribadi yang
kreatif dan mampu menjaga harga diri dengan baik.

* *Country*
Orang-orang yang menyukai musik country biasanya adalah orang-orang
yang suka bekerja keras, konvensional dan ramah. Memang, biasanya
lirik lagu-lagu country bercerita tentang seseorang yang tengah
patah hati. Namun, kalau kamu menyukai musik ini berarti kamu adalah
seseorang yang emosinya stabil.

* *Indie*
Sebagian musik indie sebenarnya enak didengar, namun hanya sedikit
yang mampu menikmatinya. Hal ini karena para pemusik indie memang
ingin berkarya dengan gayanya sendiri, tidak mau terpengaruh dengan
selera pasar. Sedangkan para penyuka musik indie biasanya adalah
orang-orang yang cenderung tertutup, namun cerdas dan kreatif.
Menurut para peneliti, mereka juga tidak suka pekerjaan yang terlalu
menghamburkan tenaga dan perasaannya kurang peka. Pada umumnya juga
mereka sering merasa cemas dan rendah diri.

* *Dance music*
Kalau kamu sangat menyukai musik dance, berarti kamu adalah pribadi
yang ramah dan tegas.
Sayang, para peneliti yang umumnya berasal dari negara-negara Barat
tidak meneliti kepribadian orang-orang yang menyukai musik dangdut.

Reel Big Fish

Early success (1992-1999

Reel Big Fish released a demo in 1992 which is now called "In The Good Old Days". With the departure of Ben Guzman, then backup vocalist Aaron Barrett took his place as lead singer. The band then changed their genre to ska.
Reel Big Fish's self-released debut album, Everything Sucks, was successful and became an underground hit spread by word-of-mouth, which led to the band signing a deal with Mojo Records.In August 1996, the band released the album Turn the Radio Off on the new label, which appealed to fans of ska punk style, and the band began touring throughout the United States. After the single "Sell Out" became well known in mainstream venues, including MTV, the album peaked at number 57 on the Billboard charts, staying on the charts for 32 weeks.However, the ska revival was short-lived, and their 1998 album Why Do They Rock So Hard? failed to match the sales of the band's previous record. In 1998, the band appeared in the movie BASEketball, performing in the stands to rouse the crowd. The band also collaborated on the soundtrack with a cover of a-ha's "Take On Me". Why Do They Rock So Hard? was the last album for two members of the band. Trombonist Grant Barry was fired for his conduct, culminating with him committing battery on a security guard at Mississippi Nights during a concert in St. Louis and drummer Andrew Gonzales left the team to spend more time with his family.

Major label years (2000-2005)

Trumpet player Tavis Werts left the band in 2001.The band fared much better on the rock charts in 2002 with their album, Cheer Up!, particularly because of the single "Where Have You Been?" which did not include the horn section. Former Suburban Rhythm drummer Carlos de la Garza and ex-Spring Heeled Jack U.S.A. trumpeter Tyler Jones, who tracked for two songs on Cheer Up! (because Werts had already done the majority of recording before his departure), were brought in. De la Garza's last concert with Reel Big Fish was on June 20, 2003 at the House of Blues in Anaheim, California. That concert was later released as a DVD in the The Show Must Go Off! series. Jones appeared in the Music Videos for Where Have You Been? and Monkey Man, and continued to play live in Reel Big Fish until early 2005. He was replaced by trumpeter John Christianson (nicknamed Johnny Christmas), who had played with Barrett in The Forces of Evil.
On April 5, 2005, Reel Big Fish released their fourth album on Mojo; We're Not Happy 'Til You're Not Happy. Justin Ferreira (who replaced De La Garza) was on drums for the recording, but left before the album's release to join the Orange County band Takota and subsequently is listed as an additional musician on the CD. He was replaced by Ryland Steen.
Compared to the previous album (Cheer Up!), which was more lighthearted and cheerful, Allmusic describes the songs in We're Not Happy 'Til You're Not Happy as "angry" and "embittered", but also deemed the album as "super catchy". Common themes expressed throughout the songs include jealousy, regret, short-lasting fame, and disappointment toward mainstream record companies.
Aaron Barrett has stated that We're Not Happy 'Til You're Not Happy was "the third record in a trilogy" that began with Turn the Radio Off. "The first one was about being in a band and trying to make it. Then Why Do They Rock So Hard? was like, 'we've made it, we're rock stars'. Cheer Up we made because we had to make it. But We're Not Happy 'Til You're Not Happy is about us being old and jaded now."

Independent work (2006-present)

While on tour in early 2006, Reel Big Fish were dropped from the Jive Records label.[citation needed] The band formed their own label and released a 3-disc live performance CD/DVD set, Our Live Album Is Better Than Your Live Album. This package became available on July 18, 2006 on the Internet and in retail stores on August 22. Jive later released a Reel Big Fish greatest hits album, Greatest Hit...And More, because they owned the rights to all previous songs. The band did not approve of, or make any money from the album, and have spoken out against it.
On February 20, 2007, the band released Duet All Night Long, which is a split EP with Zolof the Rock & Roll Destroyer. It features six cover songs (three from each band), with the vocalist of each band performing in the other band's songs (except in the case of Scott Klopfenstein singing in the song, "Say Say Say".)
Reel Big Fish released their first studio album since leaving Jive Records; Monkeys for Nothin' and the Chimps For Free worldwide on July 10, 2007, on the Rock Ridge Music record label. On June 26, 2007, shortly before its release, the band announced in a Myspace blog that Matt Wong was leaving the band to spend more time with his wife and newborn child. He was replaced by Derek Gibbs who played bass in Jeffries Fan Club and Aaron Barrett's now defunct side project, The Forces Of Evil. Since Matt Wong was very popular with fans, some were skeptical of the new bassist's ability, but the band has stated that Derek is "Matt Wong Approved" and fans have nothing to worry about. Gibbs had been filling in for Wong on various tours since early 2002.
On December 19, 2007, the band announced that they would play the entire Warped Tour 2008.
Reel Big Fish released a new studio album on January 20, 2009.The name of the album is Fame, Fortune and Fornication, and it consists of 10 cover songs. Another album, A Best of Us for the Rest of Us, featuring a 22-track disc of re-recorded songs and a 14-track disc of "Skacoustic" versions produced by lead singer Aaron Barrett, was released on July 20, 2010.An extended version of the album, A Best of Us for the Rest of Us (Bigger Better Bonus Deluxe Version), was released on June 21, 2011. They also intend to work on a new album, recording new songs in the fall of 2010.The band has also recorded a live DVD at The Grove in Anaheim, California, on January 4, 2009; which was released on July 21, 2009 with the title Reel Big Fish Live! In Concert!  In an interview with 'The Examiner', Aaron Barrett stated that he planned on releasing a new album, with all new material, in late 2011. Also in an interview with 'Rewritethescene.com', Aaron has stated interest in a Holiday album.
On January 11, 2011, the band announced that longtime member Scott Klopfenstein would be leaving the band to focus on raising a family.Matt Appleton of Goldfinger began filling in for Scott on the band's 20th Anniversary Tour, and he has since been announced as a permanent replacement. This marks the first time since 1995 that the band has had a saxophone player.
In March 2012, Reel Big Fish announced on Facebook that they had begun recording a new album of new, original songs. The album is entitled Candy Coated Fury, though the band also considered Honk If You're Horny as a title. The album was released on July 31, 2012.
On October 21, 2013 the band announced on their website that long-time trombonist Dan Regan, who has played with Reel Big Fish since 1994, will depart from the band to spend more time with his family and follow his dream of starting a brewery.
Reel Big Fish announced a co-headline UK and Ireland tour with Less than Jake with support from Zebrahead in early 2014


Selasa, 26 Agustus 2014

Keroncong Patrol @Wisma Bukit Hermon






Wither

Let it out, let it out, fill the empty space
So insecure find the words and let it out
Staring down, staring down, nothing comes to mind
Find the place turn the water into wine
But I feel I'm getting nowhere
And I'll never see the end
So I wither and render myself helpless
I give in and everything is clear
I breakdown and let the story guide me
Turn it on, turn it on, let the feelings flow
Close your eyes, see the ones you used to know
Open up, open up, don't struggle to relate
Lure it out, help the memory escape
Still this barrenness consumes me
And I feel like giving up
So I wither and render myself helpless
I give in and everything is clear
I breakdown and let the story guide me
I wither and give myself away
Like reflections on the page
The world's what you create
I drown in hesitation, my words come crashing down
And all my best creations burn into the ground
The thought of starting over leaves me paralyzed
Tear it out again, another one that got away
I wither and render myself helpless
I give in and everything is clear
I wither and render myself helpless
I give in and everything is clear
I breakdown and let the story guide me
I wither and give myself away
Like reflections on the page
The world's what you create
The world's what you create
Let it out, let it out

Jumat, 23 Mei 2014

Album Review: Dream Theater – A Dramatic Turn of Events


20 09 2011
A Dramatic Turn Of Events cover album (Hugh Syme)
Overview
A Dramatic Turn of Events (ADTOE) adalah album studio ke-11 oleh Dream Theater (DT). Album ini adalah album pertama DT setelah pada September 2010 secara mengejutkan Mike Portnoy (MP) sang drummer sekaligus frontman band mengundurkan diri. DT kemudian merespon cepat dengan mengadakan audisi drummer pada akhir Oktober 2010, yang diikuti oleh 7 drummer kelas dunia. Dari audisi tersebut, Mike Mangini (MM) mantan drummer Steve Vai, Extreme, dan Annihilator, yang juga seorang pengajar departemen percussion di Berklee College of Music terpilih sebagai penerus tahta penjaga rhythm di DT. MM diperkenalkan ke seluruh dunia sebagai drummer baru DT pada akhir April 2011 dengan 3 web-episode melalui Youtube.
Proses Penulisan dan Rekaman Album
DT diproduseri oleh John Petrucci (JP) sang gitaris mulai menulis lagu untuk ADTOE pada awal November 2010. Menurut wawancaranya, JP mengaku penulisan lagu tersebut berlangsung selama 2.5 bulan. Proses perekaman kemudian dimulai awal Januari 2011 hingga awal Mei 2011. Fakta-fakta menarik:
  • DT menulis lagu-lagu tanpa campur tangan drummer baru MM.
  • JP memprogram semua drum di album ini untuk kemudian dimainkan dan dikembangkan sesuai dengan style MM
  • James Labrie (JLB) sang vokalis merekam part vocal-nya di Canada, terpisah dari anggota DT yang lain
  • John Myung (JM) sang bassist kembali berpartisi dalam penulisan lirik lagu lagi pertama kali setelah 11 tahun
  • Album ini di-mixing oleh Sound Engineer pemenang Grammy Awards, Andy Wallace.
Track by Track
 1.      On The Backs of Angels (OTBOA)
Single pertama DT, dirilis akhir Juni 2011. OTBOA jelas memenuhi ekspektasi fans yang merindukan unsur progressive yang belakangan mulai tertutupi oleh dominannya unsur metal di musik DT. Unsur-unsur breakdown antar part lagu benar-benar ciri khas DT. Secara struktur lagu kita bisa dengar reference dari Pull Me Under (PMU), tapi tidak secara instan. MM mempertunjukkan konsep Polyrhythm-nya pada menit 2:08-2:22, dimana bass drum-nya mengikuti pattern riff gitar+bass, sementara splash cymbal-nya mengikuti melodi keybord Jordan Rudess (JR). Liriknya bercerita tentang keadaan reses ekonomi di USA, dan kebijakan perang mereka di Timur Tengah dan daerah belahan dunia lain.
Trivia: pada detik 3:26, kita bisa dengar suara klik di channel sebelah kiri headphone, suara metronome yang bocorkah?
2.      Build Me Up, Break Me Down (BMUBMD)
Pada Desember 2010, saat fans DT seluruh dunia sibuk berspekulasi siapa drummer DT, MM update status di website-nya kalau dia sedang bereksperimen dengan Pearl E-Pro, elektronik drum. Saat itu juga, fans merasa MM bukanlah yang terpilih, karena kecil sekali kemungkinan DT menggunakan elektronik drum di lagu-lagunya. Ternyata, benar MM waktu itu mungkin sedang mengerjakan lagu ini. What a surprise! Intro elektronik drum klik sekali dipakai di lagu ini. Lagu yang sangat catchy dan berpotensial menjadi hits radio. Yang mengejutkan juga JLB berteriak keras di backing vocal chorus lagu ini seperti teriakannya di lagu Octavarium. Menarik untuk kita tunggu bagaimana DT mengakali bagian backing vocal ini pada saat live.
Trivia: pada detik 5:22 saat MM roll drum, ada suara dentuman keras seperti mic yang jatuh ke lantai… Atau MM kepukul mic saat roll drum itu??
3.      Last Not Forgotten (LNF)
The new Under Glass Moon (UAGM)! Sound di intro, breakdown parts, struktur lagu, solo gitar, sangat gampang kita refer kepada UAGM. Tapi, ada yang beda di LNF, ya, instrumental unison dan harmonisasi pada menit 1:59-2:30 yang disebut tickle part (bagian yang menggelitik) oleh JP. Chorus yang mantap dan sangat catchy juga menjadi kelebihan penting lagu ini. Liriknya? Tentang pasukan penakluk legendaris Turki di abad pertengahan yang dikenang sepanjang masa tentang kehebatannya. Sound choir yang digunakan JR sangat bernuansa mistis yang pas dengan isi lirik lagu. Lagu yang sangat berpotensial menjadi favorit fans di live show mereka.
4.      This is The Life (TITL)
Setelah 3 lagu bernuansa progressif dan penuh dengan riff-riff metal, hampir bisa ditebak lagu berikutnya bernuansa ballad. Sound gitar yang indah, vocal yang bikin merinding, lirik yang bernuansa positif. Lagu ini mungkin refleksi dari keadaan yang DT alami setahun belakangan ini. Tapi, isi liriknya tidak benar-benar gamblang menceritakan kepergian MP, melainkan lebih universal dan bisa kita kaitkan dengan episode kehidupan manusia. JLB sepertinya masih berpegang pada range nada yang aman sesuai dengan warna nada vokalnya yang sekarang. TITL berani beradu dengan Hollow Years dan Wither, tapi sayang belum mampu memberikan klimaks lagu ala Another Day.
5.      Bridges In The Sky (BITS)
Lagu ini pada awalnya diumumkan berjudul The Shaman’s Trance, tapi kemudian diubah pada proses mixing album. Yang menarik? Intro dan outro lagu yang memperdengarkan efek sound keyboard JR yang seperti panggilan seorang Shaman (dukun) yang mungkin berasal dari suka Indian di Amerika dengan nuansa mistis yang kental. Setelah intro, JP langsung menerjang dengan heavy riff diikuti semua anggota band. Pemikiran pertama setelah mendengar lagu ini, what a perfect song to open a show! Sisa lagu sepanjang 11:01 menit ini dipenuhi parade heavy riffs dan instrumental section yang bikin mulut menganga. Tapi, dengan cerdik DT menghadirkan chorus lagu yang lebih ringan dari bagian-bagian lain. Modern DT sangat kental di lagu ini. Outro lagu menghadirkan sekali lagi panggilan sang Shaman yang seakan mencapai puncak spiritualitasnya.
6.      Outcry
Outcry yang merupakan Track ke-6 di album ini pernah disebut MM di salah satu wawancara sebagai salah satu lagu yang dia terapkan Polyrhythm tingkat advance. Dia mengaku memainkan 3 time-signature berbeda dengan kedua kaki, tangan kiri dan tangan kanannya. Para drummer, ada yang bisa komentar di bagian mana yang dimaksud itu? Interlude Instrumental section dimulai menit 4:43 berlanjut sampai 8:43. Full 4 minutes of technical prowess. Lagu ini terstruktur mirip dengan Metropolis Part I. Dengan tema revolusi di Afrika Utara baru-baru ini, mungkin DT bisa lebih bereksperimen dengan nada-nada Arabic untuk mendapatkan feel lirik dan musik yang klop. Lagu ini lagi-lagi menambah PR sulit bagi para part time musician yang senang meng-cover DT.
7.      Far From Heaven (FFH)
Pada bulan Juli 2011, wawancara JLB menyatakan kalau dia menulis lirik di lagu ini, berdasarkan film “Far From Heaven” yang dibintangi Julian Moore, pada 2002. Bercerita tentang pasangan suami isteri ideal dan ternama di Hartford Amerika. Mereka pada akhirnya harus menghadapi kenyataan sang suami adalah seorang homosexual, dan sang isteri jatuh cinta kepada tukang kebunnya seorang ras Negro. Lirik lagu ini secara gamblang menceritakan perasaan sang suami di part awal dan perasaan sang isteri di part akhir. JLB sangat mampu menangkap inti cerita dan menuangkannya dalam lirik. Lagu ballad ini dihiasi dengan permainan masterclass piano oleh JR, dilatarbelakangi oleh string section yang indah ala lagu Vacant. Musik FFH kemudian dilanjutkan di part-part lagu berikutnya, Breaking All Illusions.
8.      Breaking All Illusions (BAI)
Yup, FFH dan BAI adalah cerminan Wait for Sleep dan Learning to Live. Lirik lagu ditulis oleh John Myung, yang sangat mencerminkan perasaannya sebagai seorang yang sangat pendiam. Di lagu ini, ada kata-kata di tengah lagu ala Space Dye Vest. Kata-kata tersebut direkam oleh Paul Northfield, sound engineer yang bekerja dengan DT dalam dua album sebelumnya. Quote yang berasal dari puisi Kahlil Gibran:
Your living is determined not so much by what life brings to you as by the attitude you bring to life; not so much by what happens to you as by the way your mind looks at what happens. Out of suffering have emerged the strongest souls; the most massive characters are seared with scars.
Sejujurnya, BAI tidak memenuhi ekspetasi awal dalam hal ke-epik-an. Akan tetapi, usaha yang dilakukan DT patut diacungi jempol, dengan perhatian tertuju kepada solo gitar melodik oleh JP yang bisa disejajarkan dengan solo gitar pada Razor Edge dan The Best of Time. Menurut JP, JM banyak berkontribusi di lagu ini secara musikal dan ide-ide riff. Awal yang baik bagi JM untuk kembali secara kreatif berkontribusi kepada arah musikal DT. Kalimat terakhir lagu: “Karma starts the signal”, seperti member petunjuk bahwa ada sequel lagu di album DT berikutnya.
9.      Beneath The Surface (BTS)
BTS adalah lagu milik JP, yang semula dimaksudkan untuk materi di album solonya. Tetapi, di akhir sesi penulisan ADTOE, dia merasa perlu satu lagu lagi sebagai cooldown untuk album ini. JLB menyanyikan chorus terakhir satu oktav lebih tinggi berusaha menangkap klimaks lagu. Tema liriknya mungkin mirip dengan TITL, tentang bagaimana seharusnya kita berani menghadapi permasalahan dalam hidup sampai berhasil menyelesaikan dan mengubur masalah itu. Lagu yang indah, walaupun sedikit redundant dimasukkan di album ini.
Pendapat tentang Struktur lagu-lagu ADTOE = Images And Words
Jelas sekali DT ingin memberikan feel classic DT di album ini kepada fans. Bagaimana mereka melakukannya? Di sini lah sisi kreativitas DT dituntut. Ingat, mereka hanya punya 2.5 bulan untuk menulis album ini. Tidak bisa dipungkiri peran penting MP dalam proses kreatif DT selama ini. Jadi, DT harus berpikir cepat untuk menangkap aura classic DT. Solusinya. Images And Words (IAW) yang sampai saat ini banyak dipuji sebagai karya terbaik DT menjadi reference mereka dalam menulis lagu-lagu di album ini. Tidak semua lagu, dan hanya dalam hal struktur lagu. Ini bukan hilangnya sisi originalitas, justru ini adalah sebuah kemenangan DT dalam pertimbangan untung rugi dan proses kompromi atas metode dan hasil.
DT tanpa MP? = ADTOE!
Sebelum mendengarkan ADTOE, tanamkan di kepala bahwa lagu-lagu di album ini penuh dengan kesulitan teknis bahkan bagi musisi terlatih. Perlu mendengarkan beberapa kali untuk dapat mulai mencerna chord progression dan nada-nada yang dipilih DT di instrumental section mereka.
Tanpa MP, proses kreatif DT lebih seimbang. Chemistry antar personnel terlihat dengan jelas di tour Eropa mereka bulan Juli kemarin. Tiap personel berperan andil dalam band dan terlihat menikmati peran tersebut.
Ini bukanlah JP+MP and friends band, ini adalah Dream Theater, beranggotakan 5 musisi progressive virtuoso.
Sound DT dengan di-mixing oleh Andy Wallace juga terasa lebih dinamis dan balance. Banyak yang mengeluh sound drum MM terlalu ketutup di album ini, tapi mungkin itu karena kualitas sumber audionya atau speakernya. Atau, terlalu terbiasa dengan sound drum MP yang memang sangat dominan di album-album terakhir.
ADTOE adalah jawaban bagi keraguan fans yang khawatir atas kepergian MP. Memang, level kreatif mereka tidak bisa disamakan pada zaman 3 album pertama, tapi waktu juga berperan penting di album-album awal tersebut. Materi album-album awal sudah ditulis dan dilatih sejak awal JP, JM, Kevin Moore, dan MP membentuk Majesty pada 1985. Wajar jika banyak jalan pintas dalam proses kreatif ADTOE. DT seakan menjaga keseimbangan dalam segala hal. Musikalitas, lirik, nada vocal JLB, semua diperitimbangkan dengan matang.
Overall, ADTOE memenuhi ekspektasi kapabilitas teknis dan energi positif the new DT

Album Black Clouds & Silver Linings

History

Dream Theater began to work on the album in October 2008.[4] Mike Portnoy described Black Clouds & Silver Linings as, "a Dream Theater album with 'A Change of Seasons', 'Octavarium', 'Learning to Live', 'Pull Me Under' and 'The Glass Prison' all on one album."[6] Jordan Rudess later explained during a demonstration at the NAMM Show for Spectrasonics software (which he used heavily on the album), "We've been entering into the Gothic domain quite a bit on this album."[7] but as he was at a Music Industry trade show speaking about a specific piece of software at the time, debate exists whether he was making an overarching statement about the sonic or lyrical tone of the album or simply the keyboard sounds when using said software.

Lyrical themes

The album's lyrics were written by John Petrucci and Mike Portnoy, and all except one concern personal experiences about disturbing or difficult moments of their lives. Though most songs were written by Petrucci, "A Nightmare to Remember" was based on a childhood car incident. "The Count of Tuscany", about an actual encounter he had in Tuscany, and "Wither" about the process of songwriting for him.[8] "The Best of Times" was written by Mike Portnoy about his father, who died from cancer. "I just wanted to write something that was a tribute to our life together," said Portnoy, who played the song for his father prior to his death.[9] "The Shattered Fortress" is the final part of Portnoy's Twelve-step Suite, reprising and concluding themes and motifs from the suite that began on 2002's Six Degrees of Inner Turbulence album. The remaining song, "A Rite of Passage", concerns Freemasonry; a video of the edited single was released on May 8, 2009.
"Wither" was released as a single on September 15, 2009. In addition to the album version of the song, the single contained an alternate version featuring only a piano and vocals, a demo version with John Petrucci on vocals, and a demo version of "The Best of Times” with Mike Portnoy on vocals. There was also a video to follow it which was released on November 18, 2009.

Reception

Professional ratings
Review scores
Source Rating
Allmusic 4/5 stars[10]
Blistering 8/10 stars[11]
The Metal Forge 7.5/10 stars[12]
Metal Hammer (positive)[13]
Metal Review 8/10 stars[14]
Metal Storm 7.5/10 stars[15]
PopMatters 6/10[16]
Record Collector 4/5 stars[17]
Sputnikmusic 4.0/5[18]
411mania.com 9.5/10[19]
Initial critical response to Black Clouds & Silver Linings was generally favorable. At Metacritic, which assigns a normalized rating out of 100 to reviews from mainstream critics, the album has received an average score of 68, based on five reviews.[20] Rich Wilson, author of Lifting Shadows, previewed the album for Metal Hammer, calling the album "Dream Theater’s finest and most balanced album in a decade."[21] Eduardo Rivadavia of Allmusic gave the album four out of five stars writing, "Black Clouds & Silver Linings is still an archetypal Dream Theater album; one that's unlikely to broaden their audience all that much, but is conversely guaranteed to thrill their hardcore converts with its renewed devotion to the most exigent and stimulating facets of the band's chosen musical domain."[10] Similarly David Buchanan of Consequence of Sound, an online music magazine, said: "that this release will not necessarily bring in new fans but will also not disappoint the current flock, and this is very true. There are no improvements, but no sheer letdowns, either." He gave the album four and a half stars out of five.[22] The album was named as one of Classic Rock‘s 10 essential progressive rock albums of the decade.[23]
The album debuted at #6 on the Billboard 200 selling 40,285 copies.[24] It was the first time in the band's history that they had cracked the Top 10 on that chart, and is currently the band's highest single week sales of an album. The album also debuted at #1 on Billboard Top Internet Albums, and #2 on Billboard Top Rock Albums.[25] The album also marked the first time that the band came at the number one spot in Finland.

Track listing

All music written by John Petrucci, Mike Portnoy, John Myung and Jordan Rudess except where noted.
No. Title Lyrics Length
1. "A Nightmare to Remember"   Petrucci 16:10
2. "A Rite of Passage"   Petrucci 8:36
3. "Wither" (music: Petrucci) Petrucci 5:25
4. "The Shattered Fortress"
  • "X. Restraint"
  • "XI. Receive"
  • "XII. Responsible"  
Portnoy 12:49
  • 5:25
  • 3:58
  • 4:26
5. "The Best of Times"   Portnoy 13:09
6. "The Count of Tuscany"   Petrucci 19:16
Total length:
75:25

Special edition tracks

The 3-disc Special Edition also included a bonus disc of six cover tracks, entitled "Uncovered 2008/2009". These tracks were originally released separately, one per week, in the weeks leading up to the album's release.
No. Title Writer(s) Original artist Length
1. "Stargazer"   Ronnie James Dio, Ritchie Blackmore Rainbow 8:10
2. "Tenement Funster"/"Flick of the Wrist"/"Lily of the Valley"   Roger Taylor
Freddie Mercury
Queen 8:17
3. "Odyssey"   Steve Morse Dixie Dregs 7:59
4. "Take Your Fingers from My Hair"   Randy Jackson Zebra 8:18
5. "Larks' Tongues in Aspic - Part II"   Robert Fripp King Crimson 6:30
6. "To Tame a Land"   Steve Harris Iron Maiden 7:15
Total length:
46:29
Also included in the three disc special edition are instrumental tracks of the songs. All tracks have been altered from their original versions.[26]
No. Title Length
1. "A Nightmare to Remember"   15:39
2. "A Rite of Passage"   8:36
3. "Wither"   5:29
4. "The Shattered Fortress"   12:47
5. "The Best of Times"   13:20
6. "The Count of Tuscany"   18:48
Total length:
74:39

Deluxe collector's edition box set

A deluxe collectors’-edition boxed set of the album was also released. Packaged in a silver foil embossed black velvet box the set includes the 3 Special Edition CDs, a 180-Gram Double LP, a DVD with isolated audio tracks for each instrument, a lithograph of the album cover, with only 100 being signed by Hugh Syme, and a mouse pad. Those who pre-ordered were able to download a newly recorded cover song each week beginning on May 19, 2009 until the album's release. 100 box sets contained a "silver ticket" entitling the purchaser and one guest to a meet-and-greet with the band.[27] This version was also a Limited Edition release, only 14,000 were made.[28]