20
09
2011

A Dramatic Turn Of Events cover album (Hugh Syme)
Overview
A Dramatic Turn of Events (ADTOE) adalah album studio ke-11 oleh
Dream Theater (DT). Album ini adalah album pertama DT setelah pada September 2010 secara mengejutkan
Mike Portnoy
(MP) sang drummer sekaligus frontman band mengundurkan diri. DT
kemudian merespon cepat dengan mengadakan audisi drummer pada akhir
Oktober 2010, yang diikuti oleh 7 drummer kelas dunia. Dari audisi
tersebut,
Mike Mangini (MM) mantan drummer Steve Vai, Extreme, dan Annihilator, yang juga seorang
pengajar departemen percussion di
Berklee College of Music
terpilih sebagai penerus tahta penjaga rhythm di DT. MM diperkenalkan
ke seluruh dunia sebagai drummer baru DT pada akhir April 2011 dengan 3
web-episode melalui Youtube.
Proses Penulisan dan Rekaman Album
DT diproduseri oleh
John Petrucci
(JP) sang gitaris mulai menulis lagu untuk ADTOE pada awal November
2010. Menurut wawancaranya, JP mengaku penulisan lagu tersebut
berlangsung selama 2.5 bulan. Proses perekaman kemudian dimulai awal
Januari 2011 hingga awal Mei 2011. Fakta-fakta menarik:
- DT menulis lagu-lagu tanpa campur tangan drummer baru MM.
- JP memprogram semua drum di album ini untuk kemudian dimainkan dan dikembangkan sesuai dengan style MM
- James Labrie (JLB) sang vokalis merekam part vocal-nya di Canada, terpisah dari anggota DT yang lain
- John Myung (JM) sang bassist kembali berpartisi dalam penulisan lirik lagu lagi pertama kali setelah 11 tahun
- Album ini di-mixing oleh Sound Engineer pemenang Grammy Awards, Andy Wallace.
Track by Track
1. On The Backs of Angels (OTBOA)
Single pertama DT, dirilis akhir Juni 2011. OTBOA jelas memenuhi
ekspektasi fans yang merindukan unsur progressive yang belakangan mulai
tertutupi oleh dominannya unsur metal di musik DT. Unsur-unsur breakdown
antar part lagu benar-benar ciri khas DT. Secara struktur lagu kita
bisa dengar reference dari Pull Me Under (PMU), tapi tidak secara
instan. MM mempertunjukkan konsep Polyrhythm-nya pada menit 2:08-2:22,
dimana bass drum-nya mengikuti pattern riff gitar+bass, sementara splash
cymbal-nya mengikuti melodi keybord
Jordan Rudess
(JR). Liriknya bercerita tentang keadaan reses ekonomi di USA, dan
kebijakan perang mereka di Timur Tengah dan daerah belahan dunia lain.
Trivia: pada detik 3:26, kita bisa dengar suara klik di channel sebelah kiri headphone, suara metronome yang bocorkah?
2. Build Me Up, Break Me Down (BMUBMD)
Pada Desember 2010, saat fans DT seluruh dunia sibuk berspekulasi
siapa drummer DT, MM update status di website-nya kalau dia sedang
bereksperimen dengan Pearl E-Pro, elektronik drum. Saat itu juga, fans
merasa MM bukanlah yang terpilih, karena kecil sekali kemungkinan DT
menggunakan elektronik drum di lagu-lagunya. Ternyata, benar MM waktu
itu mungkin sedang mengerjakan lagu ini. What a surprise! Intro
elektronik drum klik sekali dipakai di lagu ini. Lagu yang sangat catchy
dan berpotensial menjadi hits radio. Yang mengejutkan juga JLB
berteriak keras di backing vocal chorus lagu ini seperti teriakannya di
lagu Octavarium. Menarik untuk kita tunggu bagaimana DT mengakali bagian
backing vocal ini pada saat live.
Trivia: pada detik 5:22 saat MM roll drum, ada suara
dentuman keras seperti mic yang jatuh ke lantai… Atau MM kepukul mic
saat roll drum itu??
3. Last Not Forgotten (LNF)
The new Under Glass Moon (UAGM)! Sound di intro, breakdown parts,
struktur lagu, solo gitar, sangat gampang kita refer kepada UAGM. Tapi,
ada yang beda di LNF, ya, instrumental unison dan harmonisasi pada menit
1:59-2:30 yang disebut tickle part (bagian yang menggelitik) oleh JP.
Chorus yang mantap dan sangat catchy juga menjadi kelebihan penting lagu
ini. Liriknya? Tentang pasukan penakluk legendaris Turki di abad
pertengahan yang dikenang sepanjang masa tentang kehebatannya. Sound
choir yang digunakan JR sangat bernuansa mistis yang pas dengan isi
lirik lagu. Lagu yang sangat berpotensial menjadi favorit fans di live
show mereka.
4. This is The Life (TITL)
Setelah 3 lagu bernuansa progressif dan penuh dengan riff-riff metal,
hampir bisa ditebak lagu berikutnya bernuansa ballad. Sound gitar yang
indah, vocal yang bikin merinding, lirik yang bernuansa positif. Lagu
ini mungkin refleksi dari keadaan yang DT alami setahun belakangan ini.
Tapi, isi liriknya tidak benar-benar gamblang menceritakan kepergian MP,
melainkan lebih universal dan bisa kita kaitkan dengan episode
kehidupan manusia. JLB sepertinya masih berpegang pada range nada yang
aman sesuai dengan warna nada vokalnya yang sekarang. TITL berani beradu
dengan
Hollow Years dan Wither, tapi sayang belum mampu memberikan klimaks lagu ala Another Day.
5. Bridges In The Sky (BITS)
Lagu ini pada awalnya diumumkan berjudul The Shaman’s Trance, tapi
kemudian diubah pada proses mixing album. Yang menarik? Intro dan outro
lagu yang memperdengarkan efek sound keyboard JR yang seperti panggilan
seorang Shaman (dukun) yang mungkin berasal dari suka Indian di Amerika
dengan nuansa mistis yang kental. Setelah intro, JP langsung menerjang
dengan heavy riff diikuti semua anggota band. Pemikiran pertama setelah
mendengar lagu ini, what a perfect song to open a show! Sisa lagu
sepanjang 11:01 menit ini dipenuhi parade heavy riffs dan instrumental
section yang bikin mulut menganga. Tapi, dengan cerdik DT menghadirkan
chorus lagu yang lebih ringan dari bagian-bagian lain. Modern DT sangat
kental di lagu ini. Outro lagu menghadirkan sekali lagi panggilan sang
Shaman yang seakan mencapai puncak spiritualitasnya.
6. Outcry
Outcry yang merupakan Track ke-6 di album ini pernah disebut MM di
salah satu wawancara sebagai salah satu lagu yang dia terapkan
Polyrhythm tingkat advance. Dia mengaku memainkan 3 time-signature
berbeda dengan kedua kaki, tangan kiri dan tangan kanannya. Para
drummer, ada yang bisa komentar di bagian mana yang dimaksud itu?
Interlude Instrumental section dimulai menit 4:43 berlanjut sampai 8:43.
Full 4 minutes of technical prowess. Lagu ini terstruktur mirip dengan
Metropolis Part I. Dengan tema revolusi di Afrika Utara baru-baru ini,
mungkin DT bisa lebih bereksperimen dengan nada-nada Arabic untuk
mendapatkan feel lirik dan musik yang klop. Lagu ini lagi-lagi menambah
PR sulit bagi para part time musician yang senang meng-cover DT.
7. Far From Heaven (FFH)
Pada bulan Juli 2011, wawancara JLB menyatakan kalau dia menulis
lirik di lagu ini, berdasarkan film “Far From Heaven” yang dibintangi
Julian Moore, pada 2002. Bercerita tentang pasangan suami isteri ideal
dan ternama di Hartford Amerika. Mereka pada akhirnya harus menghadapi
kenyataan sang suami adalah seorang homosexual, dan sang isteri jatuh
cinta kepada tukang kebunnya seorang ras Negro. Lirik lagu ini secara
gamblang menceritakan perasaan sang suami di part awal dan perasaan sang
isteri di part akhir. JLB sangat mampu menangkap inti cerita dan
menuangkannya dalam lirik. Lagu ballad ini dihiasi dengan permainan
masterclass piano oleh JR, dilatarbelakangi oleh string section yang
indah ala lagu Vacant. Musik FFH kemudian dilanjutkan di part-part lagu
berikutnya, Breaking All Illusions.
8. Breaking All Illusions (BAI)
Yup, FFH dan BAI adalah cerminan
Wait for Sleep
dan Learning to Live. Lirik lagu ditulis oleh John Myung, yang sangat
mencerminkan perasaannya sebagai seorang yang sangat pendiam. Di lagu
ini, ada kata-kata di tengah lagu ala Space Dye Vest. Kata-kata tersebut
direkam oleh Paul Northfield, sound engineer yang bekerja dengan DT
dalam dua album sebelumnya. Quote yang berasal dari puisi Kahlil Gibran:
Your living is determined not so much by what life
brings to you as by the attitude you bring to life; not so much by what
happens to you as by the way your mind looks at what happens. Out of
suffering have emerged the strongest souls; the most massive characters
are seared with scars.
Sejujurnya, BAI tidak memenuhi ekspetasi awal dalam hal ke-epik-an.
Akan tetapi, usaha yang dilakukan DT patut diacungi jempol, dengan
perhatian tertuju kepada solo gitar melodik oleh JP yang bisa
disejajarkan dengan solo gitar pada Razor Edge dan The Best of Time.
Menurut JP, JM banyak berkontribusi di lagu ini secara musikal dan
ide-ide riff. Awal yang baik bagi JM untuk kembali secara kreatif
berkontribusi kepada arah musikal DT. Kalimat terakhir lagu: “Karma
starts the signal”, seperti member petunjuk bahwa ada sequel lagu di
album DT berikutnya.
9. Beneath The Surface (BTS)
BTS adalah lagu milik JP, yang semula dimaksudkan untuk materi di
album solonya. Tetapi, di akhir sesi penulisan ADTOE, dia merasa perlu
satu lagu lagi sebagai cooldown untuk album ini. JLB menyanyikan chorus
terakhir satu oktav lebih tinggi berusaha menangkap klimaks lagu. Tema
liriknya mungkin mirip dengan TITL, tentang bagaimana seharusnya kita
berani menghadapi permasalahan dalam hidup sampai berhasil menyelesaikan
dan mengubur masalah itu. Lagu yang indah, walaupun sedikit redundant
dimasukkan di album ini.
Pendapat tentang Struktur lagu-lagu ADTOE = Images And Words
Jelas sekali DT ingin memberikan feel classic DT di album ini kepada
fans. Bagaimana mereka melakukannya? Di sini lah sisi kreativitas DT
dituntut. Ingat, mereka hanya punya 2.5 bulan untuk menulis album ini.
Tidak bisa dipungkiri peran penting MP dalam proses kreatif DT selama
ini. Jadi, DT harus berpikir cepat untuk menangkap aura classic DT.
Solusinya. Images And Words (IAW) yang sampai saat ini banyak dipuji
sebagai karya terbaik DT menjadi reference mereka dalam menulis
lagu-lagu di album ini. Tidak semua lagu, dan hanya dalam hal struktur
lagu. Ini bukan hilangnya sisi originalitas, justru ini adalah sebuah
kemenangan DT dalam pertimbangan untung rugi dan proses kompromi atas
metode dan hasil.
DT tanpa MP? = ADTOE!
Sebelum mendengarkan ADTOE, tanamkan di kepala bahwa lagu-lagu di
album ini penuh dengan kesulitan teknis bahkan bagi musisi terlatih.
Perlu mendengarkan beberapa kali untuk dapat mulai mencerna chord
progression dan nada-nada yang dipilih DT di instrumental section
mereka.
Tanpa MP, proses kreatif DT lebih seimbang. Chemistry antar personnel
terlihat dengan jelas di tour Eropa mereka bulan Juli kemarin. Tiap
personel berperan andil dalam band dan terlihat menikmati peran
tersebut.
Ini bukanlah JP+MP and friends band, ini adalah Dream Theater, beranggotakan 5 musisi progressive virtuoso.
Sound DT dengan di-mixing oleh Andy Wallace juga terasa lebih dinamis
dan balance. Banyak yang mengeluh sound drum MM terlalu ketutup di
album ini, tapi mungkin itu karena kualitas sumber audionya atau
speakernya. Atau, terlalu terbiasa dengan sound drum MP yang memang
sangat dominan di album-album terakhir.
ADTOE adalah jawaban bagi keraguan fans yang khawatir atas kepergian
MP. Memang, level kreatif mereka tidak bisa disamakan pada zaman 3 album
pertama, tapi waktu juga berperan penting di album-album awal tersebut.
Materi album-album awal sudah ditulis dan dilatih sejak awal JP, JM,
Kevin Moore, dan MP membentuk Majesty pada 1985. Wajar jika banyak jalan
pintas dalam proses kreatif ADTOE. DT seakan menjaga keseimbangan dalam
segala hal. Musikalitas, lirik, nada vocal JLB, semua diperitimbangkan
dengan matang.
Overall, ADTOE memenuhi ekspektasi kapabilitas teknis dan energi positif the new DT