Sabtu, 12 Oktober 2013

Seni terapan Kriya ..



Pengertian Seni Kriya
Seni kriya sering disebut dengan istilah Handycraft yang berarti kerajinan tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain mempunyai aspek-aspek keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau fungsi praktis. Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan artistik dan keindahan.
C. Unsur Karya Seni Kriya
Seni kriya mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Utility atau aspek kegunaan
Ø Security yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan barang-barang itu.
Ø Comfortable, yaitu enaknya digunakan. Barang yang enak digunakan disebut barang terap. Barang-barang terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi.
Ø Flexibility, yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya adalah barang terap yaitu barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau terapannya. Barang terap dipersyaratkan memberi kemudahan dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam penggunaannya.
2. Estetika atau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak enak dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas. Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi pemakainya. Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu diperindah dan berwujud estetik.
D. Fungsi dan Tujuan Pembuatan Seni Kriya
1. Sebagai benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
2. Sebagai benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau segi fungsinya.
3. Sebagai benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan sebagai alat permainan.
E. Jenis-jenis Seni Kriya di Nusantara
1. Seni kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis. Contohnya: tas, sepatu, wayang dan lain-lain.
2. Seni kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris, dan lain-lain.
3. Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain. Contohnya mebel, relief dan lain-lain.
4. Seni kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.
5. Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Contohnya: baju, gaun dan lain-lain.
6. Seni kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain.
F. Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.
1. Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
· Teknik Tuang Berulang (Bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua dan valve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.
1· Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.
2. Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:
a. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
b. Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
c. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.
d. Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
e. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.
3. Teknik membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahap nglorod yaitu penghilangan malam.
Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada umumnya sebagai berikut:
a. Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.
b. Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
c. Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
d. Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
e. Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan kain yang lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik membatik antara lain sebagai berikut:
a. Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik jumputan.
b. Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.
c. Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d. Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain Amri Yahya.
e. Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
f. Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk kain seragam sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang terkenal diantaranya Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.
4. Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong, pandan dan lain-lain.
5. Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut lungsi dan pakan. Daerah penghasil tenun ikat antara lain
6. Teknik membentuk
Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.
Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik diantaranya:
a. Teknik coil (lilit pilin)
b. Teknik tatap batu/pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para penggemar keramik.
d. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll
e. Teknik cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan


a. Seni rupa dua dimensi (dwimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran panjang
dan lebar serta dapat dinikmati dari arah depan saja, seperti seni rupa murni (lukisan,
benda kriya, relief) dan seni rupa terapan (disain, gambar ilustrasi, gambar reklame,
benda kriya).
b. Seni rupa tiga dimensi (trimatra) adalah karya seni rupa yang memiliki ukuran pajang,
lebar, dan ketebalan, serta dapat dinikmati dari berbagai arah, seperti seni rupa murni
(patung) dan seni rupa terapan (benda kriya, dan dekorasi).
Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka seni rupa terapan memiliki bentuk atau
ukuran dua dimensi dan tiga dimensi. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam
mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan nusantara,
pelajari pengetahuan dasar tentang seni rupa terapan nusantara berikut ini.
 
A. Perkembangan Seni Rupa Terapan Nusantara
Seni rupa terapan meliputi seni kriya dan disain. Seni kriya adalah seni yang cara
pengerjaannya menekankan pada keterampilan tangan, sering juga disebut dengan
kerajinan tangan. Seni kriya yang berkembang di wilayah nusantara merupakan warisan
seni budaya bangsa dengan kebhinekaannya. Nusantara kaya akan ragam hias dengan
berbagai aneka variasi motif yang diterapkan dalam pembuatan seni kriya, seperti seni
batik, relief/ukir, keramik, furniture, anyaman, tenus, dsb.

Sejak zaman prasejarah aktivitas manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
memerlukan perkakas atau alat, itu sebabnya karya seni kriya pertama bisa ditemukan pada zaman budaya batu tua (palaeolitikum). Zaman budaya batu tua merupakan bentuk
kebudayaan tertua di nusantara dengan sisa peninggalan berupa chopper (Pacitan), flakes
(Ngandong), dan peralatan dari tulang (Ngandong dan Sidorejo). Zaman budaya batu
tengah (mesolitikum) ditemukan berbagai perkakas/peralatan berupa kapak batu dan
peralatan dari tulang. Zaman budaya batu muda (neolitkum), benda-benda budaya yang
ditemukan berupa kapak persegi, kapak lonjong, tembikar, dan berbagai manik-manik
(perhiasan). Perkembangan budaya berikutnya terjadi sekitar 500 SM yang disebut dengan
zaman logam, peninggalan budaya yang ditemukan, seperti kapak corong, candrasa,
nekara, moko, topeng emas, dan bejana.

Seni budaya nusantara mengalami perkembangan sangat pesat sesuai dengan tuntutan
zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin menunjukkan
keterampilan dan kreativitasnya dalam mengembangkan warisan seni budaya nusantara
baik yang bercorak tradisional dengan mempertahankan pakem daerah setempat maupun
corak modern dengan berbagai variasi untuk memenuhi tuntutan pasar. Karya-karya seni
kriya tersebut sangat mudah kita temukan di daerah-daerah terutama daerah-daerah
kawasan wisata. Adapun daerah-daerah yang terkenal dengan pusat-pusat kerajinan yang
menghasilkan karya seni kriya dengan nilai estetika tradisional, seperti Sumedang terkenal
dengan wayang golek, Jepara terkenal dengan seni ukir kayu, Kota Gede terkenal dengan
kerajinan perak, Kasongan dengan kerajinan gerabah tempel, Pekalongan dengan karya
batiknya, Bali hampir dengan semua jenis kerajinan, Sumba dengan seni tenun, Asmat
dengan kerajinan patung kayu, dan masih banyak daerah lainnya.

Desain adalah gambar rancangan yang menjadi dasar dalam pembuatan suatu karya, seperti
misalnya gambar rancangan busana, gambar konstruksi bangunan, disain iklan, disain
ilustrasi, disain poster, dsb.

B. Keunikan Gagasan Karya Seni Rupa Terapan
Gagasan/ide di dalam seni rupa merupakan buah pikiran untuk menciptakan suatu karya
seni rupa. Gagasan untuk membuat suatu karya akan tercetus dapat disebabkan seperti
misalnya karena perlu akan suatu alat bantu dalam kehidupan sehari-hari, tersedianya
bahan, kebutuhan ekonomi, daya kreativitas, dsb. Seseorang yang kreatif akan selalu
memanfaatkan segala sesuatu yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai benda yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari, contoh : pada zaman prasejarah, untuk memperoleh
binatang buruan diperlukan sebuat alat berburu sehingga muncullah ide atau gagasan untuk
membuat tombak atau anak panah sebagai alat untuk menangkap binatang, contoh lain
apabila terdapat sepotong kayu, maka akan muncul gagasan untuk membuat suatu karya
seni misalnya berupa topeng.

Keunikan gagasan berkarya seni rupa terapan Nusantara, yaitu dipengaruhi oleh kreativitas
penggagasnya, budaya setempat, bahan yang digunakan, alat dan teknik pengerjaannya,
fungsi atau kegunaan, serta keindahannya. Pada awalnya karya rupa terapan (seni kriya)
yang dihasilkan lebih menekankan fungsi praktisnya, tanpa mempertimbangkan unsurunsur
estetikanya. Penggunaan ragam hias mulai nampak pada zaman budaya logam yang
disebabkan terjadinya pergeseran fungsi, misalnya kapak corong dan candrasa digunakan
sebagai upacara ritual adat sehingga dilengkapi dengan motif hias yang unik. Nekara
(gendering) yang berfungsi sebagai alat tetabuhan pada upacara ritual dengan motif hias
seperti motif tumbuhan, burung merak, gajah, katak, dan motif geometris.
Keunikan gagasan juga nampak pada ragam hias yang merupakan perpaduan ragam hias
nusantara dengan pengaruh ragam hias dari budaya asing. Hal ini dapat ditemukan pada
peralatan rumah tangga pada zaman Hindu-Budha yang dihiasi ornament-ornamen berupa
stilasi flora (daun, buah, bunga dari tumbuhan) dan fauna (kala, naga) dalam bentuk yang
bervariasi. Selain keunikan tersebut, masing-masing daerah di wilayah nusantara juga
menunjukkan kekhasan motif hias daerah masing-masing.
 
C. Teknik dan Bahan Karya Seni Rupa Terapan
Teknik merupakan suatu cara yang digunakan di dalam membuat suatu karya seni. Teknik
berkarya seni rupa terapan sangat dipengaruhi oleh bahan dan alat yang digunakan
membuat karya seni. Teknik berkarya seni rupa terapan dapat juga dipengaruhi oleh
kreativitas seseorang dalam proses pengerjaan, sehingga terjadilah keunikan teknik
berkarya.
Seni Kriya dapat dikerjakan dengan berbagai teknik tergantung dari bahan dan alat serta
kreativitas pembuat/pengerajinnya. Ada beberapa teknik berkarya seni rupa terapan (seni
kriya) yaitu:

1. Teknik Cor (Cetak Tuang)
Perkembangan zaman perunggu di Indonesia merupakan pengaruh dari kebudayaan
Dongson. Kebudayaan perunggu Dongson yang berasal dari Yunani Indochina masuk
ke Indonesia bersama datangnya bangsa Melayu-Muda, merekalah yang yang
memperkenalkan teknik pengecoran dan penuangan perunggu untuk membuat bendabenda
seni dan benda-benda pakai sehari-hari.
Teknik cetak seni kriya pada waktu itu ada dua macam, yaitu:
 
a. Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)
Teknik ini adalah cara menuang cairan perunggu sekali pakai, cara ini digunakan
untuk membuat bentuk yang sulit dan rumit. Untuk teknik ini, cetakan hanya
dipakai sekali saja karena untuk mengeluarkan hasil cor harus dilakukan dengan
menghancurkan cetakan.
 
Cara kerjanya adalah sebagai berikut : 
  1. Pertama model dibuat dari tanah liat
  2. Kedua model tersebut dilapisi dengan lilin tipis
  3. Ketiga model tersebut dibungkus dengan tanah liat dengan diberi lubang sedikit
    untuk mengeluarkan lilin dan untuk memasukan cairan perunggu
  4. Keempat proses pembakaran untuk mengeluarkan lilin dari cetakan
  5. Kelima pengecoran dengan cairan perunggu
  6. Keenam pembukaan cetakan dengan cara merusak cetakan.

b. Teknik Tuang berulang (Bivalve)
Teknik ini digunakan untuk membuat benda perunggu yang bentuknya sederhana
dalam jumlah yang banyak. Bentuk cetakannya terdiri dari dua keping dari bahan
batu yang bisa disatukan dan dilepas, hal inilah yang memungkinkan untuk
mencetak benda dalam jumlah yang banyak dan dalam bentuk yang sama.
 
2. Teknik Tempa
Teknik tempa digunakan untuk mengerjakan seni kriya dengan bahan logam (perunggu,
tembaga, kuningan, perak, dan emas. Teknik ini dilakukan dengan cara memanaskan
plat logam yang selanjutnya ditempa (dipukul) dengan hammer sambil membentuk
sesuai jenis benda yang dibuat, seperti keris, tombak, pisau, perhiasan, dsb.
 
3. Teknik pahat/ukir/sungging
Teknik ini dilakukan dengan cara mengurangi atau membuang bagian-bagian tertentu
untuk memunculkan keindahan suatu bentuk. Teknik ini dapat dilakukan pada bahan
batu, kayu dan termasuk juga kulit dengan menerapkan bentuk-bentuk motif hias.
Teknik pahatan atau ukir menghasilkan karya seperti topeng, relief bagunan candi,
ukiran pada pintu rumah, pahatan atau ukiran pada benda-benda furniture. Teknik
sungging menghasilkan seni kriya berupa wayang kulit.
 
4. Teknik Batik
Seni kriya batik telah lama dikenal di wilayah nusantara. Batik merupakan karya seni
kriya berupa motif hias pada permukaan kain. Seni batik, hampir di seluruh wilayah
Indonesia memiliki kesamaan dari cara dan teknik pembuatannya. Hal yang
membedakan terletak pada motif ragam hias dan corak warna yang digunakan.
 
a. Media (alat dan bahan) yang digunakan membuat batik, yaitu :
1) Kain mori yang halus warna putih;
2) Malam (lilin atau parafin);
3) Kompor kecil;
4) Wajan kecil;
5) Canting;
6) Pewarna batik; dsb.
 
b. Teknik berkarya seni batik.
1) Teknik Tulis, menggunakan canting sebagai alat untuk membuat motif dengan
cara menulis atau menuangkan cairan malam sesuai dengan motif yang
dikehendaki. Selanjutnya mewarna dengan cara mencelupkan ke larutan warna.
Apabila kita menginginkan warna lain lagi, maka kain tadi setelah kering diberi
malam lagi lalu dicelup dengan warna yang lain. Proses pencelupan dimulai dari
warna yang paling muda ke warna yang lebih tua. Langkah berikutnya dilakukan
proses nglorot (melepas atau melarutkan lapisan malam dengan cara dicelupkan
pada air panas.
2) Teknik Cap, menerapkan cairan malam pada kain mori dengan menggunakan cap
seperti stempel yang telah berbentuk motif ragam hias batik.
3) Teknik cetak (sablon), penerapan motif ragam hias batik menggunakan teknik
sablon. Media sablon yang diperlukan antara lain:
  1. Screen (kain monyl atau kain kasa) dengan ukuran kelembutan/kehalusan yang disebut dengan “T”
  2. Gelatine/Selatine/Cromatine : pasta atau emulsi peka cahaya
  3. Rakel/SquegeePasta atau Emulsi pigmen 
  4. Pigmen warna, dsb.
Proses Sablon antara lain:
1) Pembuatan disain, desain dibuat pada kertas transparan (kalkir, plastic/mika,
lembaran kaca) yang tembus cahaya. Gambar desain harus menggunakan
pigmen atau tinta yang bersifat menutup seperti tinta Cina (tinta bak) yang
pekat. Kalau menginginkan warna lebih dari satu pada sebuah karya maka
gambar desain dibuat sejumlah warna yang diinginkan pada kertas transparan
yang berbeda.
2) Proses Afdruk (klise), sebelum proses ini dilakukan terlebih dahulu screen
dilapisi dengan pasta peka cahaya seperti campuran gelatine, kalium
bicromate dan chromatine (bahan ini banyak terdapat di toko-toko yang
menjual perlengkapan sablon). Setelah dilapisi dengan rata kemudian
dikeringkan. Apabila ingin mengafdruk desain, maka tempelkan desain pada
tremescreen lalu ditutup dengan dengan kaca transparan. Pada bagian dalam
screen dilapisi dengan busa yang lebih tebal dari bingkai screen dan juga
dilapisi papan penahan. Selama melapisi screen sampai penempelan desain
harus dilakukan di ruangan yang gelap dengan lampu yang remang-remang
berwarna kuning atau merah.
Pada waktu penyinaran, yang terkena sinar akan mengeras dan yang tertutup
gambar desain atau tidak terkena sinar akan lunak. Setelah penyinaran terasa
cukup maka selanjutnya menyemprot screen dengan air panas. Lapisan pasta
yang tidak terkena sinar akan luntur dan pori-porinya akan terbuka sesuai
dengan desain yang diinginkan.
3) Proses Pencetakan, dalam mencetak sesuaikan dengan kebutuhan, apakah
screen yang disiapkan untuk pigmen yang berzat pengantar bersifat minyak
atau yang relevan dengan air. Untuk diterapkan pada kertas, kaca, papan, dan
sejenisnya biasanya pigmen yang berzat pengantar minyak, sedangkan untuk
sablon batik umumnya menggunakan kain, pigmen yang diperlukan berzat
pengantar relevan dengan air. Langkah mencetaknya adalah taruhlah cat
secukupnya pada bagian dalam tremescreen, tekan dan geser dengan rakel
agar cat tersebut tembus pada bidang di bawahnya atau pada bidang yang kita
inginkan.
5. Teknik Anyam
Teknik anyam diperlukan untuk mengolah bahan yang umumnya pipih dan tipis berupa
bilahan bambu, rotan, mending, ate, dll. Teknik ini merupakan teknik tumpang tindih
(selang-seling) bilahan lusi dan pakan untuk menampilkan bentuk dan motif anyaman.
Benda kriya yang dapat dihasilkan berupa keranjang, tikar, topi, keben, kipas, dsb.
6. Teknik Tenun
Penerapan teknik tenun pada prinsipnya mirip dengan teknik anyam. Perbedaannya
hanya terletak pada peralatan dan bahan yang diperlukan. Teknik anyam tidak
memerlukan alat bantuk khusus, cukup dengan keterampilan tangan secara manual.
Sedangkan pada teknik tenun memerlukan peralatan khusus menenun untuk merapatkan
lusi dan pakan dari bahan benang dengan cara dicagcag. Keindahan dari kriya tenun
sangat tergantung dari warna dan bentuk motif tenun. Kriya tenun yang dihasilkan
berupa kain ndek dan songket.
7. Teknik Butsir
Teknik butsir adalah teknik membentuk benda kriya dengan cara mengurangi atau
menambah bagian dari suatu bentuk dengan yang lunak atau plastis. Teknik ini biasanya
diperlukan untuk membentuk benda kriya dengan bahan tanah liat. Karya yang
dihasilkan umumnya disebut dengan gerabah, tembikar, atau keramik. Keramik
merupakan benda kriya dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran dengan
media penggelasan (glasir). Glasir adalah lapisan yang mengkilap pada benda keramik.
Contoh benda keramik seperti cangkir, piring, mangkok, guci, teko, dsb.
8. Teknik lukis atau gambar
Teknik ini khusus untuk mengerjakan karya seni rupa terapan dalam bentuk disain.
Teknik lukis atau gambar dikerjakan pada permukaan bidang datar, umumnya pada
permukaan kertas. Alat gambar yang diperlukan seperti alat tulis (pensil, drawing pen,
rothring, dll.), mistar, dan warna.
 
D. Fungsi Seni Rupa Terapan Nusantara Berdasarkan Sosial Budaya
Seni merupakan bagian dari kehidupan manusia, sebagai kebutuhan jasmani dan rohani.
Secara umum fungsi seni rupa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
 
a. Seni Murni, yaitu seni yang lebih mementingkan nilai estetis yang berkaitan dengan
kebutuhan emosi/rohani. Contoh: lukisan, patung, dan seni kriya murni
b. Seni Terapan, yaitu seni yang memiliki nilai estetika dan lebih menekankan pada
fungsional secara fisik/jasmani. Contoh: furniture, kriya keramik, kriya batik, dsb.
Secara kuantitatif fungsi seni rupa dapat dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Fungsi individu, sebagai media ekspresi bagi senimannya dalam menyatakan atau
mengungkapkan jiwa dan perasaannya serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.
b. Fungsi sosial budaya, sebagai sarana dalam kehidupan masyarakat. Fungsi ini dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu:
a) Bidang rekreasi, sebagai hiburan atau media rekreasi. Contoh pameran lukisan dan
pameran karya seni kriya.
b) Bidang komunikasi, sebagai media komunikasi dalam bentuk pesan estetika dan
fungsional. Contoh karya lukisan, gambar poster, gambar reklame, dsb.
c) Bidang pendidikan, sebagai media untuk memudahkan dalam menerima informasi
pendidikan. Contoh: gambar poster, gambar ilustrasi, bentuk model/alat peraga, dsb.
d) Bidang keagamaan, sebagai sarana estetika dan religius pada tempat suci serta pada
lambang-lambang keagamaan. Contoh: hiasan/motif pada bangunan suci, tulisan
kaligrafi, sarana upacara dalam agama Hindu, dsb.
 
E. Kegiatan Mengidentifikasi Keunikan Gagasan dan Teknik dalam Karya Seni
Rupa Terapan Nusantara
Langkah-langkah dalam mengidentifikasi keunikan gagasan dan teknik seni rupa terapan
Nusantara, diantaranya:
 
1. Identifikasi dan tulis nama/judul dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati.
2. Identifikasi dan tulis gagasan dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati
berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi fungsi sosial budaya dari karya tersebut.
3. Identifikasi dan tulis teknik pengerjaan dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati
berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari karya tersebut.
4. Identifikasi dan tulis klasifikasi/jenis dari karya seni rupa terapan yang sedang diamati
berdasarkan bentuk, bahan, serta fungsi sosial budaya dari karya tersebut

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar